Minggu, 22 April 2018

Cara Memilih Sikat Gigi Yang Benar


Pemilihan sikat gigi sangat penting untuk membantu kesehatan gigi dan mulut, dalam hal ini ada beberapa tips dalam memilih sikat gigi.

1.      Pilihlah sikat gigi dengan ujung sikat gigi yang kecil
Dengan dengan gigi dengan ujung yang kecil dapat menjangkau seluruh permukaan gigi.


2.      Pilihlah sikat gigi dengan bulu yang lembut
Sikat gigi digunakan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut bukan untuk mengiritasi dan tidak membuat berdarah gusi kita, maka pilihlah sikat dengan bulu yang lembut.



3.      Pilihlah Ganggang Sikat Yang Nyaman Bagi Kamu
Tujuan memilih gganggang sikat gigi yang nyaman sehingga kamu lebih leluasa untuk menyikat gigi



Rabu, 11 April 2018

Anda Sebagai Orang Tua Wajib Mengetahui Pertumbuhan Gigi Anak Anda.

Orang tua sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku anak. Menurut Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orang tua dan dokter gigi. Sikap dan perilaku orang tua, terutama ibu, dalam pemeliharaan kesehatan gigi memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku anak. Walaupun masih memiliki gigi sulung, orang tua harus memberikan perhatian serius pada anak. Pertumbuhan gigi permanen anak ditentukan oleh kondisi gigi sulung anak. Namun, masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa gigi sulung hanya sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen, sehingga mereka sering menganggap bahwa kerusakan pada gigi sulung bukan merupakan suatu masalah.

Gigi tersusun dari mahkota gigi (korona), leher gigi (kolum), dan akar gigi (radiks). Korona merupakan bagian yang tampak di atas gusi dan memiliki tiga lapisan. Lapisan paling luar adalah lapisan email yang merupakan lapisan yang paling keras. Dibawah lapisan email terdapat tulang gigi atau dentin yang didalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah. Lapisan terdalam terdapat rongga gigi atau pulpa yang merupakan bagian antara korona dan radiks. Leher gigi atau kolum merupakan bagian yang berada di dalam gusi. Akar gigi atau radiks merupakan bagian yang tertanam pada tulang rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan perantara semen gigi. Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi agar tetap melekat pada gusi.

Pada tingkat perkembangan bayi, gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Pada usia 5-6 bulan, makanan yang padat mulai dapat diterima mulut. Pada usia 6-8 bulan, bayi sudah mulai mengunyah. Saat bayi berusia 18 bulan sampai 6 tahun, dua puluh gigi susu telah ada. Pada usia 2 tahun, anak mulai menggosok gigi dan belajar praktik hygiene (kebersihan) dari orang tua. Karies gigi (lobang gigi) akan menjadi masalah jika mengabaikan hygiene gigi. 

Pada usia 6 tahun, gigi susu mulai tanggal dan digantikan gigi permanen. 4 Pada rentang usia 6 sampai 12 tahun, gigi susu mulai digantikan dengan gigi permanen. Gigi permanen terdapat pada usia 12 tahun, kecuali geraham kedua dan ketiga. Pilihan makanan tertentu terlibat dalam usia ini. Masalah kesehatan yang sangat penting pada usia ini adalah karies dan ketidakteraturan gigi. Pada tingkat perkembangan ini peran orang tua juga diperlukan agar karies tidak terjadi pada gigi permanen. Pada usia 12 sampai 18 tahun, semua gigi permanen telah tumbuh. Menjaga kebersihan mulut dan nutrisi yang baik diperlukan untuk menghindari masalah di masa yang akan datang. 

Berikut Urutan Gigi Anak Tumbuh 



Daftar Pustaka 
1. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj Ked Gigi Universitas 
    Sumatera Utara. 2005; 38(3): 130–4. 
2. Alhamda S. Status kebersihan gigi dan mulut dengan status karies gigi (kajian pada murid  
    kelompok umur 12 tahun di sekolah dasar negeri kota bukittinggi). Berita Kedokteran Masyarakat. 
    2011; 27(2): 108–15. 
3. Rahayu TU. Pengaruh edukasi menggunakan Kartu Indikator Karies Anak (KIKA) terhadap 
   perilaku ibu tentang pencegahan karies gigi sulung di Kelurahan Randusari Semarang. Jurnal 
   Media Medika Muda KTI Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2013; 2(1):1-9.
4. Isro’in L, Andarmoyo S. Personal Hygiene: konsep, proses, dan aplikasi praktik keperawatan. 
   Jakarta: Graha Ilmu; 2012.


Praktek Jeffry Kurniawan, drg
Jalan Lembaga Pemasyarakatan No 1 F Pekanbaru, Klinik Shifa Medika Sebelah Manly Babershop Pekanbaru - Gobah.
Instagram @doktergigijry @klinikgigipekanbaru
Konsultasi Via DM Instagram @doktergigijry @klinikgigipekanbaru
Konsultasi Via w.a 082390319191

Minggu, 08 April 2018

Deteksi Sekarang Rongga Mulut Keluargamu, Sahabatmu, Orang Yang Kamu Sayangi.

Pada umumnya masyarakat selalu menganggap remeh yang namanya gigi, bahkan jika dia sakit gigi maka dia hanya membeli obat di apotik terdekat, kali ini saya akan bahas beberapa hal yang sangat penting kita ketahui tentang penyakit rongga mulut. 

Pada zaman sekarang banyak terjadi kasus - kasus yang sangat memperhatikan termasuk kasus - kasus menular seksual dan bahkan kaum LGBT sudah sangat banyak di Indonesia. 
Informasi yang diperoleh dari Kemenkes secara keseluruhan terdapat peningkatan jumlah Waria secara bermakna antara tahun 2002 dan 2009, tetapi tidak terdapat peningkatan bermakna dari tahun 2009 dan 2012. Populasinya tidak ada yang pasti namun mengacu data populasi rawan terdampak HIV jumlah waria diperkirakan mencapai 597 ribu orang, sedangkan Lelaki yang seks dengan lelaki termasuk biseksual mencapai lebih dari 1 juta orang [Kemenkes RI, 2014]. Sumber lain dari menyebutkan jika menggunakan prevalensi dari populasinya bisa mencapai 3 juta. Sedangkan populasi lesbian belum banyak diketahui.

Sedangkan info terbaru, Liputan 6 Jakarta Menerangkan Bahwa "Penggerebekan diduga pesta seks gay di Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengagetkan masyarakat Indonesia. Sebab, ada lebih dari 100 orang yang ditangkap aparat. Foto-foto yang beredar liar dari lokasi kejadian memperlihatkan tubuh-tubuh tersangka yang nyaris telanjang" Hal ini dilakukan oleh kaum LGBT" 

Dari uraian diatas, bahwa untuk hal penyimpangan seksual tersebut, memiliki resiko sangat fatal terjadinya AIDS dan HIV, Kelompok LGBT umumya mengharapkan perlakuan yang lebih seimbang dan adil dari Pemerintah, mereka ingin orientasi seksual dan perilaku seksual tidak menjadi hambatan bagi mereka dalam bermasyarakat, berkarya, berprestasi dan berkontribusi dalam pembangunan. Masyarakat sendiri masih memiliki stigma terkait dengan LGBT, khususnya akibat paparan media yang berlebihan dan tindak laku LGBT itu sendiri yang mendatangkan kekhwatiran, seperti kasus HIV AIDS, dan kasus kejahatan seksual pada anak, ditambah lagi dengan pemikiran yang dilandasi agama.

Dalam Artikel ini saya akan jelaskan secara detail jika seseorang itu terkena HIV dan AIDS
HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga kita tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita. Sistem kekebalan tubuh Rusak atau Lemah mudah terserang penyakit yang ada di sekitar kita seperti TBC, Diare , Sakit kulit, dll. • HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti didalam darah, Air Mani (Cairan Sperma ) atau Cairan Vagina dan Air Susu Ibu. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam kurun waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun.

Jika kita melihat di dalam rongga mulut apakah ciri - ciri seseorang tersebut sudah terkena HIV dan AID ?
1. Jika Anda Melihat Kandidiasis Oral ( Lesi Putih Tidak Dapat Dikerok) 
Kandidiasis oral seringkali merupakan gejala awal dari infeksi HIV. Faktor utama etiologi kandidiasis oral adalah jamur Candida albicans, meskipun spesies lain dari Candida dapat terlibat. Prevalensi yang dilaporkan bervariasi secara luas, sampai setinggi 72% pada anak-anak dan 94% pada orang dewasa.


2. Oral Hairy Leukoplakia
Oral hairy leukoplakia (OHL) lebih umum terjadi pada orang dewasa yang terinfeksi HIV daripada anak yang terinfeksi HIV. Prevalensi OHL pada orang dewasa adalah sekitar 20% -25%, meningkat dengan CD4 + menurun jumlah limfosit, sedangkan pada anak prevalensinya sekitar 2% -3%. Kehadiran OHL adalah tanda imunosupresi berat





3. NUG dan NUP (Kelainan Gusi dan Jaringannya)
NUG lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak. Hal ini ditandai dengan adanya ulserasi, pengelupasan, dan nekrosis satu atau lebih papilainterdental, disertai rasa sakit, pendarahan, dan halitosis berbau busuk (Gambar 3). Terapi dengan debridement saja atau dikombinasi dengan metronidazol jika terdapat demam, malaise, dan anoreksia. 
NUP ditandai hilangnya jaringan lunak dan gigi secara luas dan cepat.





Sumber
1. https://www.liputan6.com/global/read/2963642/4-kasus-lgbt-di-indonesia-yang-disorot-dunia
2. https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8cd37-3-laporan-lgbt-lgb.pdf
3. https://siamik.upnjatim.ac.id/poliklinik/aid.pdf
4. Samaranayake L, Huber MA, Redding SW. Infectious Disease. Burket's Oral Medicine. Eleventh
    ed. Hamilton: BC Decker Inc; 2008. p. 502-07.
5. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental Management of The Medically
    Compromised Patient. Seventh ed. St. Louis, Missouri: Mosby; 2008 p. 280-301.
6. Depkes RI. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA. Jakarta:
    Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Depkes RI; 2003.
7. Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: Ditjen PP & PL Kemenkes RI;
    2012.
8. Vaseliu N, Kamiru H, Kabue M. Oral Manifestations of HIV Infection In: Baylor International
     Pediatric AIDS Initiative, editor. HIV Curriculum for The Health Professional. Houston, Texas,
     U.S.A: Baylor College of Medicine; 2010. p. 184-93.

Praktek Jeffry Kurniawan, drg
Jalan Lembaga Pemasyarakatan No 1 F Pekanbaru, Klinik Shifa Medika Sebelah Manly Babershop Pekanbaru - Gobah.
Instagram @doktergigijry @klinikgigipekanbaru
Konsultasi Via DM Instagram @doktergigijry @klinikgigipekanbaru
Konsultasi Via w.a 082390319191

Rabu, 28 Maret 2018

Gigi Kamu Masih Bisa Kok Diatasi !!!

Kamu punya masalah dengan gigi berlubang seperti ini ?


Ini merupakan kondisi gigi yang sudah mulai hampit mengenai jaringan gigi, akan tetapi masih bisa dilakukan penumpatan.

Hal ini terjadi pada pasien yang mempunyai gigi yang tidak rapi, kemudian juga mempunyai kebiasaan buruk tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut. 

Karies merupakan salah satu penyakit gigi yang telah ada sejak 14.000 tahun yang lalu. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang dirugikan. Proses karies gigi ditandai dengan terjadinya deminerausisi pada jaringn keras gigi, terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.
Penyakit  gigi dan mulut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama didunia, menurut hasil The National Health and Nutrition Examination Survey pada tahun 2004 menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan kedua. karies juga dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit lokal maupun penyakit sistemik, penyakit sistemik tersebut salah satunya adalah diabetes mellitus (DM). Penyakit Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang kronis, dengan tanda yang khas yaitu bertambahnya kadar glukosa dalam darah dan dalam urin.
Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan hidup sehat.  Sementara menurut Depkes RI (2006), Usaha Kesehatan Sekolah adalah wahana belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, sehingga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.  Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk membiasakan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik lingkungan sekolah, di lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Setelah Pasien Melakukan Pemeriksaan, Lalu Pasien dilakukan penumpatan secara sandwich (artinya selapis demi selapis)
Hasil Tumpatan Resin Komposit 
Daftar Pustaka 
1. Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta.
2. Depkes RI. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Usaha Kesehatan Sekolah, Jakarta.
3. https://www.instagram.com/doktergigijry/Laporan Tahunan Program Puskesmas Andalas. Tahun 2015


Kamis, 08 Februari 2018

Gigi Berlubang Itu Bisa Diatasi ?

Karies merupakan penyakit infeksi kronis pada anak-anak yang paling sering terjadi, yang disebabkan oleh interaksi bakteri, terutama Streptococcus mutans, dan makanan manis pada enamel gigi. S. mutans dapat menjalar dari ibu ke bayi selama di kandungan dan dapat terinkulasi bahkan ketika bayi belum memiliki gigi.Bakteri ini memecah gula untuk energi, yang menyebabkan kondisi asam di rongga mulut dan mengakibatkan demineralisasi enamel gigi dan menyebabkan karies gigi (Douglass JM, et al, 2005). Karies anak usia dini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara berkembang dan negara maju (Livny A, et al, 2007). 
Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Suwelo melaporkan prevalensi karies anak prasekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t rata-rata 7,02 ± 5,25 dan hasil survei di 10 provinsi (1984–1988) pada daerah kota, prevalensi karies anak umur 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94 serta menurut SKRT 1995, indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21 dengan angka prevalensi sebesar 76,9% (Octiara E, Roesnawi Y, 2001). Hal ini menunjukkan suatu keadaan kerusakan gigi yang hampir tanpa penanganan.Agar target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO bahwa angka DMF-T anak umur 12 tahun sebesar 1 dan didominasi oleh indikator F-T dapat tercapai maka diperlukan suatu tindakan pencegahan (Kristanti Ch, Rusiawati Y, 2002).

Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah, dan dapat berhenti dan bahkan berpotensi sembuh selama masih di tahap awal.Setiap individu tetap rentan terhadap penyakit selama mereka hidup. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2013 dimana Jumlah sampel untuk usia ≥12 tahun, berjumlah 789.771 responden, Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing:D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08; yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang dan untuk daerah Sumatera barat sebesar 4,7 dengan nilai masing-masing D-T= 1,7; M-T=3,1; F-T=0,06 (RISKESDAS 2013).
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasikan sebagai faktor resiko karies. Beberapa faktor tang dianggap sebagai faktor resiko adalah pengalaman karies, penggunaan flour, oral higiene, jumalah bakteri, saliva dan pola makan (Pintauli, 2008).
Saliva berperan penting pada proses karies. Fungsi saliva yang adekuat penting dalam pertahanan melawan serangan karies.Mekanisme fungsi perlindungan saliva meliputi aksi pembersihan bakteri, aksi buffer, aksi anti mikroba dan remineralisasi.Aksi pembersihan bakteri terjadi karena saliva mengandung molekul karbohidrat-protein (glikoprotein) yang menyebabkan beberapa bakteri mengelompok (aglutinasi) dan ditelan. Setiap hari, normalnya dibentuk 1,5 liter yang mengandung urea dan buffer kain yang membantu melautkan asam dalam plak (Putri, 2012).

 Sumber :
  1. Livny A, Assali R, Sgan-Cohen H D. 2007. Early Childhood Caries among bedoin community residing in the Eastern Outskirts Jerusalem. BMC Pub Res; 7 : 1-2.
  2. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013 (internet). 2013. (7 Maret 2017). Availablefrom:http://depkes.go.id/dowmloads/rikesds203/Hasil%20Rikesdas%202013.pdf
  3. Kristanti Ch, Rusiawati Y. 2002. Gigi sehat tahun 2000 dan tinjauan profil kesehatan gigi 1995. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 9(2):1–5.
  4. Putri, M. H, et al., 2012. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Bku kedokteran ECG. Hal 5-10.

Rabu, 31 Januari 2018

Apakah Pernah Mengalami Kondisi Ini ??

Dalam rongga mulut manusia banyak flora normal. Flora normal tersebut dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit, namun bila terjadi gangguan system imun maupun perubahan keseimbangan flora normal mulut, maka flora normal tersebut dapat menjadi pathogen. Salah satu flora normal yang dapat dijumpai dalam rongga mulut yaitu jamur Candida. Spesies Candida merupakan organism komensal normal dalam rongga mulut dan ditemukan sebesar 17-25% dalam dasar mulut orang sehat dan pada semua orang sakit. Bila terjadi gangguan seperti yang disebut di atas, maka jamur Candida bisa menjadi pathogen sehingga terjadilah Candidiasis Oral. Secara umum diketahui ada 11 macam spesies Candida dan spesies yang dominan ditemukan adalah Candida albicans1.

Insidens Candida albicans dalam rongga mulut dilaporkan 45% pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, 30-45% orang dewasa sehat, 50 – 65% pada pemakai gigi tiruan lepasan, 65 – 88% pada orang mengkonsumsi obat – obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS. Salah satu infeksi Candida albicans dalam rongga mulut adalah Angular cheilitis. Keadaan ini dapat terjadi biasanya pada penderita yaqng mempunyai kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut. Juga karena hilannya dimensi vertical pada 1/3 bawah muka karena hilannya susunan gigi atau8 pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah2.
Angular cheilitis atau disebut juga peteche atau angular cheilitis merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut  dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dimana kelainan ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah, denture sore mouth dan beberapa faktor lainnya seperti bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah3.
Selain itu beberapa kasus angular cheilitis pada anak – anak dapat juga disebabkan karena sensitivitas anak – anak terhadap kontak agen – agen seperti mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat – obatan, bahan kosmetik, serta terapi antibiotic dalam waktu yang lama3.


Angular cheilitis merupakan kondisi umum, terhitung antara 0,7-0,38% lesi mukosa oral pada orang dewasa dan antara 0,2-15,1% pada anak – anak, walaupun kebanyakan lesi ini muncul pada orang dewasa 30-60 dan tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak – anak. Lesi ini memiliki prevalensi seluruh di dunia, dan baik terjadi pada laki – laki maupun perempuan. Angular cheilitis biasanya disebabkan oleh fungal dan bacterial pada bibir. Angular cheilitis muncul kemerahan pada fisur sudut bibir yang melibatkan pertemuan mukosa, dan biasanya disebabkan oleh candidiasis5.

Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangan yang cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala Angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak – anak dan orang tua. Baik anak – anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. Usia yang paling sering ialah decade 4,5 dan 6. Kasus unilateral pada Angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya6.
Penegakan diagnosis pada kasus didasarkan pada pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis didapatkan gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri pada sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa atau pun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dubuka. Secara umum Angular cheilitis mempunyai sintom utama bibir kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik – sisik dan pembentukan fisur (celah) yang di ikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dn pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi4.
Secara umum angular cheilitis yang berhubungan dengan defesiensi nutrisi, dapat terlihat penipisan papila lidah dikarenakan defesiensi besi. Lidah yang merah dan mengkilat pada pasien dengan defesiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan pada defesiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat di duga dikarenakan defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembah, adanya fissure yang tajam, vertical dari tepi vermillion bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi tidak cendrung berdarah. Walaupun dapat berbentuk krusta yang bernanah pada permukaan, fissure ini melibatkan permukaan mukosa pada komisura didalam mulut, tetapi berhenti pada mucocutan junctional8.
Sumber : 
  1. Gayford JJ, Haikal R. 1990. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Jakarta; EGC.
  2. Hari. S. 2010.Angular cheilitis; review of etiology and clinical management. K.D.J (Internet) Available at; http://trivandrum.co.uk. Accessed 20 November 2015.
  3. Burket’s. 1994. Oral Medicine Diagnosis and Treatment 9th ed. Philadelphia : J.B Lippicontt Co, 66-7
  4.  Lamey PJ, Lewis MA. 1989. Oral medicine in practice; angular cheilitis, Br Dent J; 167 (1): 15-18.
  5. Dowl W. Effect of angular cheilitis on children and teenagers. (internet). Available at URL ;http;//www.Ezine Articles/chilandac.html. Accesses 22 November 2015.
  6. Lubis S. 2006. Hubungan status gizi dengan keilitis angularis pada anak umur 6-12 tahun enam panti asuhan di Kota Madya Medan. Dentika J Dent. 11:117 - 180:1.

Selasa, 16 Januari 2018

Kesehatan Gigi Anak Jaman Now

Kesehatan Gigi Anak Jaman Now

Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Suwelo melaporkan prevalensi karies anak prasekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t rata-rata 7,02 ± 5,25 dan hasil survei di 10 provinsi (1984–1988) pada daerah kota, prevalensi karies anak umur 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94 serta menurut SKRT 1995, indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21 dengan angka prevalensi sebesar 76,9% (Octiara E, Roesnawi Y, 2001). Hal ini menunjukkan suatu keadaan kerusakan gigi yang hampir tanpa penanganan.Agar target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO bahwa angka DMF-T anak umur 12 tahun sebesar 1 dan didominasi oleh indikator F-T dapat tercapai maka diperlukan suatu tindakan pencegahan (Kristanti Ch, Rusiawati Y, 2002).
Gigi merupakan bagian penting pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai mastikasi, estetik, fonetik, dan stogmatognatik. Idealnya setiap individu akan mempertahankan gigi permanennya, tetapi gigi akan lepas atau perlu dilakukan  pencabutan sesuai dengan indikasinya. Hilangnya satu atau beberapa gigi dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan oklusi gigi geligi, menganggu fungsi, mastikasi, dan stomatognasi, sehingga akan mempengaruhi status gizi dan mempunyai dampak pada kualitas hidup manusia
Kesehatan gigi anak zaman sekarang makin menurun, karena hal ini disebabkan karena anak – anak muda sangat berani untuk melakukan tindakan perawatan gigi termasuk dilakukan oleh diri sendiri dan bahkan ke tukang gigi, contohnya saja dalam pemasangan permata gigi, pemasangan behel, dan bahkan melakukan tindakan berbahaya yang seharusnya dilakukan oleh dokter gigi, salah satu akibat dari tindakan itu adalah gigi berlubang atau dikenal dengan karies gigi.
Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah, dan dapat berhenti dan bahkan berpotensi sembuh selama masih di tahap awal.Setiap individu tetap rentan terhadap penyakit selama mereka hidup. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2013 dimana Jumlah sampel untuk usia ≥12 tahun, berjumlah 789.771 responden, Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing:D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08; yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang dan untuk daerah Sumatera barat sebesar 4,7 dengan nilai masing-masing D-T= 1,7; M-T=3,1; F-T=0,06 (RISKESDAS 2013).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di picu karena biaya perawatan ke dokter gigi yang kurang terjangkau oleh kalangan ekonomi menengah kebawah. Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia memiliki alternatif pelayanan kesehatan tradisional lain yang salah satunya adalah tukang gigi. Salah satu hal yang mendorong masyarakat untuk menggunakan pengobatan tradisional (tukang gigi) adalah belum meratanya pengetahuan mengenai kesehatan di masyarakat. Hal ini menyebabkan perilaku masyarakat yang tidak sehat yang akan berdampak pada sikap dan tindakan yang mencerminkan kondisi yang tidak sehat juga.
Dalam uraian di atas zaman sekarang atau dikenal dengan jaman now (kids jaman now) itu membuat anak remaja untuk hidup tidak sehat dan bahkan membuat gigi atau kesehatan gigi mulut semakin memburuk di tunjang dengan uraian diatas, banyak anak sekarang memakai behel ke tukang gigi atau memakai sendiri untuk berpenampilan meanrik.

Sumber : 
  1. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013 (internet). 2013. (7 Maret 2017). Availablefrom:http://depkes.go.id/dowmloads/rikesds203/Hasil%20Rikesdas%202013.pdf
  2. Soeprapto A. 2015. Rangkuman Teori Penunjang Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Disusun Panitia Sumpah Dokter Gigi November 2015. Penerbit Universitas Indonesia hal 12-13.